Pernah di sisi perigi tua itu
Gelak tawa bergema di atas lumut hijau
Basah disiram bergayung air gembira
Bertemankan siulan mesra ghairah senja
Menuju malam yang paling indah
Meski hitam dan kusam
Perigi tua itu tetap sabar dikunjungi
Di dalamnya air jernih menanti setia
Lelaki dan wanita tidak pernah kecewa
Setiap hari sempat berbalas senyuman
Bertingkah rengekan manja anak kecil
Syahdu dalam kalbu berukir rasa syukur
Merimbun kehidupan penuh rahmat
Tiba-tiba perigi tua dilupakan
Kerana mengalir janji sebatang sungai
Katanya lebih nyaman dan segar
Anak-anak lebih mesra dalam senda
Mencari indah dunia dewasa
Sampai ke lautan biru kehidupan
Namun janji cuma nyata dalam lena
Rupanya sekadar menganyam mimpi
Di atas batu terpahat harapan kosong
Sungai ini, airnya mengalir di mana
Lelaki dan wanita kian kegersangan
Anak-anak pulangnya masih berdaki
Di rumah penuh tempayan kontang
Ketika buana mulai merengus hangat
Tubuh basah jua oleh kesal keringat
Mata pun bergenang air bening
Sejernih air perigi tua yang dirindui
Namun tiada siapa lagi yang masih ingat
Jalan melewati denai bahagia
Yang pernah tercipta menuju ke perigi tua
Meskipun ia masih di situ.
Nim Yorza,
Taman Jindo.
13.02.2014.
No comments:
Post a Comment
Menulislah seolah-olah anda meminjam tangan Tuhan...